April 27, 2024

Dalam rangka menindaklanjuti kegiatan workshop pemberdayaan kelompok masyarakat di Kampung KB beberapa waktu lalu di Prigen Pasuruan. Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Ponorogo menggelar acara pemberdayaan kelompok masyarakat dalam rangka percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Ponorogo. 

Henry Indrawardana, Kepala DPPKB serahkan paket sembako kepada perwakilan keluarga resiko stunting di Ponorogo

Acara ini digelar di auditorium lantai 6 gedung terpadu Ponorogo dihadiri perwakilan BKKBN propinsi Jatim, Tama Afriandi, SH, M.Si dan persatuan ahli gizi (Persagi) Kabupaten Ponorogo sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut Senin, 25/09/2023.

Dalam acara tersebut juga diserahkan paket sembako untuk keluarga yang berisiko stunting dan diterima oleh perwakilan pengurus kampung KB di Ponorogo dan dilanjutkan dengan demo masak makanan sehat atasi Stunting.

Ketua PKK DPPKB Ponorogo secara simbolis serahkan paket sembako kepada keluarga resiko stunting

Henry Indrawardana, SE, M.Si Kepala DPPKB Kabupaten Ponorogo ketika membuka acara mengungkapkan keinginannya untuk percepat penurunan stunting di Kabupaten Ponorogo. Hal itu sesuai harapan Kang Bupati Ponorogo pada tahun 2024 angka stunting di Ponorogo pada angka 7 persen.

“Posisi pada tahun 2022 angka stunting di Ponorogo adalah 14 persen dan angka itu terus turun di posisi 12 persen pada tahun 2023. Harapannya dengan berbagai upaya dengan melibatkan semua stakeholder angka stunting di Ponorogo turun.”ujar Henry Indrawardana, Kepala DPPKB Kabupaten Ponorogo.

Dikatakan Henry, pihaknya terus melakukan berbagai upaya bersama BKKBN Jatim untuk bisa menurunkan stunting dengan mengoptimalkan peran kampung KB diantaranya dengan melakukan pemberdayaan kelompok masyarakat yang ada di kampung KB diantaranya melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

“Hari ini kita mengundang semua pengurus kampung KB dalam rangka pemberdayaan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).” Terang Henry. 

Hal itu bertujuan untuk mengajak kepada masyarakat bagaimana menyediakan makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman bagi ibu hamil, menyusui, pasangan usia subur (PUS), balita resiko stunting maupun balita stunting.

“Kita mengundang 2 narasumber dari BKKBN propinsi Jatim dan ahli gizi dari Kabupaten Ponorogo untuk mengajari bagaimana mengolah makanan yang baik dan benar termasuk menyiapkan menu apa saja dengan bahan pangan lokal yang ada tapi tetap bergizi dan sehat.”jelas Henry Indrawardana.

Sementara itu Tama Afriandi, SH, M.Si Perwakilan BKKBN Jatim ketika menjadi narasumber terkait stunting menjelaskan apa itu Stunting?. Dikatakan Tama, stunting adalah kekurangan gizi kronis pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Dari definisi stunting jelas memang pentingnya asupan gizi bagi anak terutama 1000 hari pertama kehidupan.

Meski ada beberapa kasus stunting ditemukan tidak selalu identik dengan kekurangan gizi tapi lebih pada salah asuh atau pola makan. Sebagai contoh, anak sebelum usia 6 bulan tidak boleh diberikan makanan selain ASI. 

Karena, alat pencernaannya belum siap. Jika ini dipaksa maka akan membuat organ pencernaan bermasalah hingga akhirnya menganggu tumbuh kembang anak itu sendiri.

“Jika masih menemukan seperti itu maka perlu diberi edukasi dan pemahaman.”pintanya.

Hal-hal lain bahwa terkait stunting dan berbagai dukungan penganggaran juga sudah ada aturannya termasuk penggunaan APBD dan dana desa untuk atasi Stunting di Indonesia termasuk di Kabupaten Ponorogo.

sumber :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *