April 23, 2024

Pada 1798, Thomas Malthus menerbitkan sebuah tulisan pendek mengenai An Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society. Ia menuli tentang pertumbuhan populasi yang cenderung melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Baginya, tidak satupun dari kemajuan teknologi dapat mencegah hal itu karena meningkatnya kepelerluan makanan bagi manusia itu sangat berbatas, sementara populasi manusia di bumi tidak ada batasnya. Pertumbuhan populasi manusia sebenarnya dapat dikendalikan, baik itu melalui perang, wabah penyakit, atau berbagai bencana alam. Namun cara-cara seperti itu tidak memberikan solusi terbaik, terutama perang yang hanya akan menambah masalah lain bagi manusia itu sendiri.

Thomas Malthus menyarankan sebuah cara yang efisien untuk melakukan pengendalian populasi manusia, yaitu melalui apa yang ia sebut dengan “batasan moral”. Ia berpendapat bahwa kombinasi antara pernikahan yang lambat, kesucian prapernikahan, dan pembatasan hubungan seks dalam kehidupan berumahtangga, dapat menjadi solusi paling manusiawi yang dapat dilakukan.

Ide Thomas Malthus itu menjadi dasar pengendalian kelahiran yang banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh setelahnya. Walau ia tidak pernah menyarankan pengenedalian melalui penggunaan alat kontrasepsi, tetapi kebijakan penggunaan alat kontrasepsi berasal dari teori yang diungkapkan oleh Thomas Malthus. Orang pertama yang menyarankan penggunaan alat kontrasepsi adalah Francis Place, seorang reformis Inggris. Francis Place yang membaca buku Thomas Malthus sangat terpengaruh oleh ide-idenya, sehingga ia pun menulis sebuah buku mengenai kontrasepsi pada 1822. Thomas Malthus segera mendapat banyak pengikut setelah idenya tersebut

Dilansir Britannica, pada awal tahun 1920-an, ilmuwan Austria bernama Ludwig Haberlandt menerbitkan sebuah makalah yang menerangkan bahwa hormon dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi yang efektif pada hewan.

Ia juga menyebutkan akan segera melakukan uji klinis untuk penelitiannya. Setelah terbitnya makalah tersebut, ia mendapatkan kritik keras dari rekan-rekannya yang menganggap kontrasepsi sebagai hal yang tabu.

Namun, pada tahun 1932 Haberlandt bunuh diri sebelum penemuannya soal pil kontrasepsi untuk manusia berhasil diselesaikan. Sekitar dua dekade kemudian, karena adanya desakan dari aktivis sosial, Pil KB pertama disetujui pada tahun 1960 di Amerika Serikat. Dan semakin  berkembang pada era sekarang.

BKKBN melalui Dinas PP DAN KB KAB. PONOROGO , juga mendistribusi jenis kontrasepsi pil dengan 2 macam jenis yaitu PIL KB Kombinasi dan PIL KB untuk Ibu Menyusui. Yang dapat diperoleh masyarakat secara Gratis di Faskes Faskes di seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo. (AW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *