April 19, 2024

Dalam rangka memberikan edukasi dan wawasan akan pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Ponorogo bersama BKKBN propinsi Jatim menggelar acara penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja. Acara ini digelar di ponpes Al Iman Ponorogo dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Ponorogo pada Jumat, 2/12.

Dra. Ernawati Maria, MM, Kepala Perwakilan BKKBN Prov. Jatm

Hadir dalam acara Dra. Ernawati Maria, MM Kepala BKKBN Propinsi Jawa Timur, Agus Pramono, Sekretaris Daerah Kabupaten Ponorogo, asisten pemerintahan, Bambang Nurcahyo, Kepala DPPKB, Hardjono dan para tamu undangan seperti forkopimca Babadan dan pimpinan Ponpes Al Iman, KH. Imam Bajuri.

Maria Ernawati, Kepala BKKBN propinsi Jatim yang hadir sekaligus membuka acara mengaku senang dan bangga bisa berada ditengah para santriwati yang hebat. Hal itu karena banyak alumni santri alumni putri banyak menjadi orang besar dan hebaat sebagaimana narasumber acara kali ini juga bagian dari ponpes Al iman yaitu dr. Farid.

Dikatakan Maria Ernawati  bahwa acara sosialisasi kesehatan reproduksi bagi remaja pas banget digelar di ponpes Al Iman karena memiliki jumlah santriwati yang lumayan besar sehingga harapannya kedepan dari santriwati ini nanti akan lahir ibu-ibu yang hebat dan luar biasa yang bisa memberikan pendidikan dan edukasi kepada anak-anaknya nanti.

“Salah satu usaha kita untuk mencegah terjadinya stunting adalah dengan menghindari 4 yang serba terlalu.”ujar Maria Ernawati, Kepala BKKBN Propinsi Jawa timur.

Empat terlalu yang dimaksud adalah terlalu muda untuk melakukan pernikahan dan hamil. Karena pada usia sebelum 21 tahun maka reproduksi si calon ibu ini belum siap sehingga sangat rawan jika harus hamil pada usia sebelum 21 tahun.

Kemudian lanjut Kepala BKKBN propinsi adalah jangan terlalu tua, karena Perempuan usia 35 tahun jika hamil maka punya resiko tinggi. Lalu terlalu ketiga adalah jangan terlalu dekat jaraknya yaitu jarak kelahiran satu dengan yang lainnya minimal 2 sampai 3 tahun. Dan terlalu keempat adalah jangan terlalu banyak anak.

Untuk itu, kepada anak-anakku semua sebutan untuk para santriwati ponpes Al iman yang menjadi peserta sosialisasi penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja meminta agar benar-benar bisa memperhatikan hal tersebut. 

Selanjutnya, dijelaskan Maria Ernawati bahwa stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau gagal tumbuh kembang pada 1000 hari pertama kehidupan. Resiko dari stunting adalah ada banyak hal  dan salah satunya tidak bisa tumbuh fisik secara optimal. 

Hal lain yang juga mempengaruhi stunting adalah mengurangi kecerdasan karena bagi anak penderita stunting sulit konsentrasi dan analisanya kurang dan pada usia paruh baya banyak penyakit menghampirinya.

Untuk itu, guna mewujudkan generasi emas  bertepatan dengan HUT kemerdekaan RI ke-100 tahun atau pada tahun 2045, presiden Jokowi telah mencanangkan gerakan penurunan stunting pada angka 14 persen.

“Alhamdulillah, untuk Jawa timur angka stunting masih dibawah nasional. Kita di Jatim pada angka 23 persen dan nasional 24 persen. Tapi targetnya pada tahun 2024 harus berada 14 persen. “Terang Maria Ernawati terus melakukan berbagai upaya di Jatim agar stunting turun.

Sosialisasi penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja di ponpes Al Iman putri Ponorogo

Akan tetapi lanjut Maria Ernawati, tidak mudah menuju kesana tapi harus dilakukan karena banyak faktor penghambat mengapa stunting sulit turun karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya diantara diera otonomi daerah memang pendekatan penurunan stunting sesuai kearifan lokal di masing-masing daerah seperti cultur dan budaya serta faktor  kemiskinan dan gizi buruk.

“Jika stunting itu dipengaruhi karena faktor kemiskinan maka pemerintah daerah cara pendekatan harus melakukan intervensi soal kemiskinan.”terangnya.

Selain itu, faktor lain bisa membuat stunting diantaranya sanitasi lingkungan yang kurang bersih dan sehat serta masih tingginya angka kematian ibu dan anak dalam suatu daerah tersebut.

Untuk itu masalah stunting menjadi persoalan penting dan harus dikeroyok oleh lintas sektoral untuk bersama-sama berkolaborasi agar stunting bisa turun diantaranya melakukan atau pendekatan sesuai kearifan lokal masing-masing.

DR. Drs. Agus Pramono, MM, Sekretaris Daerah Kab. Ponorogo

Sementara itu sekda Agus Pramono mengaku senang dan bangga karena Ponorogo menjadi ruan rumah dalam acara sosialisasi penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja di Ponpes Al Iman Ponorogo. Dan itu menurutnya sudah pas dan sesuai karena memang ponpes Al iman memiliki santri yang lumayan banyak yaitu 830 santriwati.

“Pas dan tepat lokasi sosialisasi ini. Karena ponpes Al iman memiliki santriwati yang lumayan banyak dan harapannya nanti mereka akan menjadi ibu-ibu yang hebaat dan luar biasa.

Apalagi, dalam kaitannya penurunan stunting semua stakeholder bergerak mulai PKK, BKKBN, dan para kader agar kedepan Ponorogo lahir generasi yang hebat dan luar biasa.

“Untuk stunting Ponorogo masih dibawah propinsi. Tapi kita terus bergerak agar kedepan lahir generasi yang hebaat.”tegasnya.

sumber : https://www.sinyalponorogo.com/2022/12/sosialisasi-penyuluhan-kesehatan.html?m=1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *